“… dan anak itu senyum untuk mas”

Ingat banget beberapa tahun lalu baca buku “toto chan” cerita tentang anak kecil yang rewel banget soal sekolah, sampai satu waktu ibunya berhasil nemu satu sekolah yang berlangsung didalam gerbong kereta api tua. Kepala sekolahnya punya passion yang besar untuk buat anak anak muridnya bukan hanya pintar tapi benar benar bahagia. Sampai sekolah itu hancur pada masa perang dunia, dan anak anak ini terpisah satu sama lainnya.

Berapa hari lalu gw nemu satu buku yang nemenin gw ke bandung “toto chan’s childrens”, cerita tentang toto chan dewasa yang menjadi artis terkenal di Jepang, dan dia dijadikan duta kemanusiaan khusus untuk anak anak oleh PBB. Luar biasa, perjalanan toto chan mulai dari benua afrika sampai asia. Banyak bertemu dengan anak anak yang kelaparan, kekurangan gizi, sampai menagispun tak punya kekuatan, hanya bisa mengalir air mata tanpa suara.

Satu hal yang diajarkan disini bahwa anak anak tak pernah mengeluh, mereka selalu percaya bahwa orang dewasa akan selalu ada buat mereka.

Buku ini ingetin gw bahwa hidup yang dikasih Tuhan buat gw sangat sangat luar biasa indahnya. Makanan apapun yang gw pingin makan bisa dinikmati, bahkan kadang berlebih, sementara banyak di tempat lain waktu ditanya apa yang pingin sekali dimakan? Jawabannya nasi. cuma nasi…. Ya ampun

Sampai secara kebetulan ketemu sebuah cafe di chiampelas walk bandung, namanya Blind Cafe. Disini kita diajak untuk merasakan bagaimana kalo kita jadi tuna netra. Jadi ingat beberapa waktu lalu mendapat peran di sebuah film pendek yang temanya mengangkat kehidupan orang orang yang kurang sempurna secara fisik, dimana semua pemerannya memiliki kekurangan yang berbeda beda…
Sekali lagi rasa syukur gw temuin disini.

Makan di cafe yang dibuat segelap mungkin seolah olah kita ini tuna netra, jalan dituntun, makanan dan minuman kita dijelasin dengan cara tangan kita dipegangin karena kita gak bisa liat apa apa. Dan kita makan dengan perasaan, kita gak bisa lihat apa yang kita makan, hanya bisa merasakan. Bayangkan betapa besar kepercayaan seorang tuna netra kepada orang yang membantu seumur hidupnya.
Yang membahagiakan adalah salah satu waiternya beneran tuna netra, bahagia seorang disable bisa diterima bekerja.
dia tidak merasa masuk di ruangan yang gelap, tapi itu yang dia rasakan tiap hari. Bersyukur sekali walaupun mata gw ini minus, tapi masih bisa menikmati melihat segala macam hal.

Sambil menunggu waktu ke bandara untuk pulang ke bali, keliling paris van java, mal yang enak didatengi untuk sekedar cuci mata atau mencari tempat nongkrong.
Tiba tiba ada yang nyapa “selamat siang mas.. Kami dari unicef”
Dijelasin panjang lebar sampai akhirnya gw memutuskan untuk ikut menjadi UNICEF global partner untuk anak anak Indonesia yang kurang mampu, mereka akan membantu proses persalinan di desa desa terpencil, mengajari para bidan bersalin, membantu urusan kesehatan dan gizi tentunya bekerja sama dengan departemen kesehatan, perlindungan anak berhubungan dengan kepemilikan akta kelahiran sebagai identitas hidup mereka, pendidikan, pencegahan hiv aids, dan juga urusan kebersihan lingkungan karena penyakit bisa terjadi dan berkembang hanya karena setetes air kotor.

Gw percaya ini bukan kebetulan, semua kejadian seminggu ini saling berkaitan. Gw bukan orang yang suka anak kecil.. Alergi banget bahkan sama anak kecil, tapi kejadian seminggu ini ingetin gw lagi bahwa sejak beberapa bulan lalu gw punya keinginan buat panti asuhan yang bagus, yang buat mereka bahagia, namun tetep sadar bahwa mereka tidak memiliki keluarga sempurna.. Tujuannya supaya mereka meneruskan membantu anak anak yang kurang mampu lainnya dapetin bahagia seperti yang mereka sudah rasain. Ya mudah mudahan ini bisa terjadi.
Diberkati untuk memberkati.

Pas gw mau pulang, salah satu pekerja pancarian unicef global partner ini bilang ….
“mas, saat nanti mas liat ada tulisan UNICEF di billing statement mas, itu tanda ada satu anak lagi yang sudah dibantu, dan anak itu senyum untuk mas”.

Published by inyo

interior decorator, and master of ceremony

2 thoughts on ““… dan anak itu senyum untuk mas”

  1. Yang membahagiakan adalah salah satu waiternya beneran tuna netra, bahagia seorang disable bisa diterima bekerja —> disable or difabel??

    wahhh., mulianya.. 😀
    ikut nyumbang or gimana? kalo nyumbang, kasi info donk, gimana teknisnya? berapa nyumbangnya.. siapa tau ada yg berminat juga gitu.. 😀

  2. Salam kenal. Senang bacanya kalau ikut nyumbang buat anak-anak Indonesia melalui UNICEF, gak banyak yang mau mendedikasikan diri dengan cara seperti itu. Salut, apalagi gw mantan staff UNICEF Jakarta and I know the donation is used accountably for the children in need.

Comments are closed.